Kritik terhadap Visi Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Papua 01

Jayapura (9/11/2024) – Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Papua periode 2024-2029, Benhur Tommy Mano dan Yeremias Bisay mengusung visi Papua Maju, Mandiri dan Berbudaya.

Visi “Maju, Mandiri, dan Berbudaya” untuk Papua adalah sebuah visi yang ambisius dan menjanjikan, namun ada beberapa kritikan yang perlu diperhatikan untuk memastikan visi ini benar-benar tercapai secara efektif dan tidak hanya menjadi slogan tanpa implementasi nyata.

Berikut beberapa kritikan konstruktif terhadap visi tersebut:

  1. Maju – Tantangan Pembangunan yang Tidak Merata
  • Kritikan: Pembangunan di Papua selama ini menunjukkan kesenjangan yang signifikan antara wilayah perkotaan dan pedesaan, serta antara Papua dengan daerah lain di Indonesia. Untuk benar-benar mewujudkan Papua yang “maju,” diperlukan strategi yang menyentuh seluruh wilayah, termasuk daerah terpencil yang sulit dijangkau. Terkadang, pembangunan hanya terfokus di kota-kota besar, sementara masyarakat di pedalaman dan pesisir terjauh  masih kurang mendapat akses pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur.
  • Rekomendasi: Perlu adanya pendekatan inklusif yang tidak hanya fokus pada indikator ekonomi, tetapi juga kesejahteraan sosial dan keberlanjutan lingkungan di seluruh wilayah Papua, termasuk pendekatan khusus untuk daerah yang secara geografis sulit dijangkau.
  1. Mandiri – Tantangan Ketergantungan Ekonomi pada Sumber Daya Alam
  • Kritikan: Ketergantungan Papua pada sumber daya alam seperti tambang emas, tembaga, dan gas alam masih sangat tinggi. Visi “mandiri” seharusnya tidak hanya berarti kemandirian ekonomi yang bergantung pada sumber daya alam, tetapi juga harus mendorong diversifikasi ekonomi, seperti pengembangan sektor pertanian, pariwisata, dan industri kreatif berbasis budaya Papua. Jika ketergantungan ini tidak diatasi, ada risiko kerusakan lingkungan jangka panjang dan ketergantungan pada perusahaan-perusahaan besar.
  • Rekomendasi: Pemprov Papua perlu mengembangkan sektor-sektor ekonomi lain yang berkelanjutan dan melibatkan masyarakat lokal sebagai pelaku utama, termasuk dalam pelatihan keterampilan agar masyarakat Papua dapat menjadi penggerak utama ekonomi mereka sendiri.
  1. Berbudaya – Tantangan Modernisasi dan Pelestarian Budaya Lokal
  • Kritikan: Mewujudkan Papua yang “berbudaya” menghadapi tantangan dalam menyeimbangkan modernisasi dengan pelestarian nilai-nilai budaya asli Papua. Modernisasi tanpa perlindungan budaya lokal bisa mengikis identitas budaya Papua, apalagi dengan masuknya budaya luar yang semakin kuat melalui media dan teknologi.
  • Rekomendasi: Pemprov Papua sebaiknya menerapkan kebijakan khusus yang mempromosikan dan melindungi budaya Papua, seperti pendidikan berbasis budaya, dukungan untuk seni dan kerajinan lokal, serta kebijakan untuk mengintegrasikan kearifan lokal dalam pembangunan. Pengembangan sektor pariwisata berbasis budaya juga dapat dijadikan prioritas, namun tetap harus dilakukan secara etis dan melibatkan masyarakat lokal.
  1. Kurangnya Penekanan pada Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM)
  • Kritikan: Untuk mencapai visi “maju” dan “mandiri,” pembangunan SDM harus menjadi fokus utama. Papua memiliki angka pendidikan yang lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata nasional. Tanpa investasi besar dalam pendidikan dan pelatihan keterampilan, sulit bagi masyarakat Papua untuk benar-benar maju dan mandiri, apalagi di tengah perkembangan global yang cepat.
  • Rekomendasi: Gubernur Papua perlu memprioritaskan program pendidikan berkualitas, beasiswa, dan pelatihan keterampilan untuk pemuda Papua agar dapat bersaing di pasar kerja dan memajukan daerah mereka sendiri. Pendidikan yang inklusif dan sesuai dengan kebutuhan lokal juga akan membantu menciptakan generasi yang mampu mempertahankan budaya Papua dalam konteks modern.
  1. Risiko Tidak Adanya Pengukuran Keberhasilan yang Jelas
  • Kritikan: Visi yang ambisius ini perlu didukung dengan indikator keberhasilan yang jelas, agar hasilnya dapat diukur dan dievaluasi. Tanpa indikator yang terukur, sulit untuk mengetahui sejauh mana kemajuan telah dicapai dan apakah visi tersebut berdampak nyata bagi masyarakat Papua.
  • Rekomendasi: Pemerintah Provinsi Papua perlu menetapkan indikator keberhasilan yang konkret untuk setiap aspek dari visi “Maju, Mandiri, dan Berbudaya,” seperti angka kemiskinan, tingkat pendidikan, indeks keberlanjutan lingkungan, dan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelestarian budaya. Evaluasi berkala juga diperlukan untuk memastikan bahwa visi tersebut diterapkan secara efektif.
  1. Kurangnya Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Proses Pembangunan
  • Kritikan: Visi ini juga menghadapi tantangan dalam hal partisipasi masyarakat lokal. Masyarakat Papua harus dilibatkan secara aktif dalam proses pengambilan keputusan agar visi ini sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi mereka. Terlalu sering, kebijakan pembangunan di Papua ditetapkan secara sentral tanpa melibatkan pemangku kepentingan lokal, yang pada akhirnya bisa mengurangi efektivitas program.
  • Rekomendasi: Pemprov Papua harus memastikan adanya forum atau mekanisme konsultasi yang melibatkan masyarakat adat, tokoh masyarakat, dan pemuda dalam perencanaan dan pelaksanaan kebijakan. Dengan demikian, masyarakat Papua dapat menjadi bagian dari perubahan yang ingin diwujudkan, bukan hanya penerima kebijakan.

 

Mencapai visi “Maju, Mandiri, dan Berbudaya” untuk Papua dalam waktu lima tahun adalah tantangan yang besar, mengingat kompleksitas masalah sosial, ekonomi, dan geografis yang ada. Meskipun lima tahun adalah waktu yang relatif singkat untuk transformasi mendalam, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk memastikan kemajuan yang signifikan menuju visi tersebut. Berikut adalah analisis mengenai kemungkinan pencapaiannya dalam lima tahun, serta faktor-faktor yang akan memengaruhi hasilnya:

  1. Aspek “Maju”: Pembangunan Infrastruktur dan Pelayanan Dasar
  • Tantangan: Meningkatkan infrastruktur dasar seperti jalan, jembatan, listrik, dan internet di seluruh Papua, terutama di daerah terpencil, membutuhkan waktu dan investasi besar. Tantangan geografis Papua yang berupa pesisir terjauh dan hutan tropis yang lebat membuat pembangunan infrastruktur menjadi mahal dan lambat.
  • Kemungkinan Pencapaian: Dalam lima tahun, perbaikan dapat dilakukan di wilayah-wilayah kunci dengan memperkuat akses pendidikan dan kesehatan. Namun, pembangunan infrastruktur yang merata di seluruh Papua mungkin memerlukan lebih dari lima tahun. Strategi yang lebih realistis adalah fokus pada proyek-proyek prioritas yang paling berdampak pada kesejahteraan masyarakat.
  1. Aspek “Mandiri”: Pengembangan Ekonomi Lokal dan Pemberdayaan SDM
  • Tantangan: Mengurangi ketergantungan pada sumber daya alam melalui diversifikasi ekonomi, seperti pariwisata, pertanian, atau ekonomi kreatif, memerlukan keterampilan, pendidikan, dan waktu untuk melihat hasilnya. Kemandirian ekonomi yang sejati harus dibangun dari kemampuan lokal, tetapi saat ini Papua masih memiliki keterbatasan dalam hal keterampilan dan akses modal.
  • Kemungkinan Pencapaian: Dalam lima tahun, bisa dilakukan inisiatif awal untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat, misalnya melalui program pelatihan keterampilan, insentif untuk UMKM, dan pengembangan pariwisata berbasis budaya dan alam. Walaupun kemandirian ekonomi penuh mungkin memerlukan lebih dari lima tahun, fondasi untuk ekonomi lokal yang lebih mandiri dapat dibangun dalam jangka waktu tersebut.
  1. Aspek “Berbudaya”: Pelestarian dan Pemajuan Kebudayaan Papua
  • Tantangan: Pelestarian budaya Papua di tengah arus modernisasi dan globalisasi memerlukan kebijakan yang tepat serta partisipasi masyarakat. Membangun kesadaran budaya dan mengintegrasikan budaya lokal dalam kehidupan sehari-hari serta dalam sektor pendidikan membutuhkan waktu dan pendekatan yang berkelanjutan.
  • Kemungkinan Pencapaian: Dalam lima tahun, bisa dicapai beberapa inisiatif pelestarian budaya, seperti program pendidikan berbasis budaya di sekolah, festival budaya tahunan, serta promosi seni dan kerajinan lokal. Langkah-langkah ini bisa membantu masyarakat Papua lebih mengenali dan bangga terhadap warisan budaya mereka. Dalam lima tahun, hasil positif dapat terlihat dalam hal kesadaran budaya, namun pelestarian mendalam akan memerlukan waktu yang lebih lama.
  1. Perlu Adanya Indikator Keberhasilan Jangka Pendek dan Panjang
  • Tantangan: Tanpa indikator yang jelas, sulit untuk mengukur pencapaian visi ini dalam waktu lima tahun. Indikator keberhasilan yang jelas akan membantu mengarahkan fokus pada pencapaian yang realistis dan terukur.
  • Kemungkinan Pencapaian: Pemerintah Papua dapat menetapkan target jangka pendek dan menengah yang konkret untuk memantau kemajuan, misalnya dengan meningkatkan akses pendidikan dasar, memperbaiki fasilitas kesehatan, atau meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program budaya. Indikator jangka pendek ini memungkinkan pencapaian terukur dalam lima tahun, meski hasil jangka panjang mungkin memerlukan lebih dari satu periode pemerintahan.
  1. Pentingnya Dukungan Kebijakan dan Pendanaan
  • Tantangan: Visi ini membutuhkan dukungan finansial dan kebijakan yang kuat dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Proyek besar seperti ini sering kali memerlukan waktu lebih lama karena prosedur birokrasi, persetujuan, dan alokasi anggaran yang mungkin tidak selalu konsisten.
  • Kemungkinan Pencapaian: Dengan dukungan yang konsisten dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah, serta kemitraan dengan pihak swasta dan lembaga internasional, beberapa program kunci bisa mulai terlaksana. Pendanaan yang memadai dan efektif dalam lima tahun pertama akan berperan penting untuk menciptakan dampak awal yang positif.

Secara keseluruhan, mencapai visi “Maju, Mandiri, dan Berbudaya” secara penuh dalam lima tahun mungkin tidak realistis karena cakupan visi yang sangat luas dan kompleksitas tantangan di Papua. Namun, dalam lima tahun, kemajuan signifikan bisa dicapai pada beberapa aspek kunci seperti infrastruktur dasar, pemberdayaan ekonomi lokal, dan pelestarian budaya.

Dengan perencanaan yang tepat, indikator keberhasilan yang terukur, serta dukungan kebijakan dan pendanaan yang memadai, Papua dapat menunjukkan langkah awal yang kuat menuju visi ini.

Strategi terbaik dalam lima tahun ke depan adalah memprioritaskan aspek yang paling mendesak dan memiliki dampak terbesar bagi kesejahteraan masyarakat Papua. Langkah ini akan membangun fondasi yang kokoh bagi keberlanjutan visi tersebut di masa depan. (Admin)

 

Admin

Related Posts

Papua dalam Cengkeraman Konflik: Saatnya Negara Menurunkan Senjata dan Mendengar

Ketika 15 jenazah pendulang emas dievakuasi dari hutan Yahukimo pada pertengahan April 2025, satu hal menjadi jelas: Papua kembali berdarah. Kali ini, darah itu mengalir bukan hanya karena peluru dan…

Menjaga Warisan di Ujung Ukiran: Kisah Agus Ohee dari Yoka

Di sebuah galeri kecil yang bernama Yomauw Art di Kampung Yoka, Jayapura, terdengar suara alat ukir yang menari di atas kayu. Di sanalah, seorang lelaki setengah baya—berambut putih dan mata…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tanah Papua

Kabupaten Yahukimo

  • By
  • Oktober 22, 2024
  • 58 views
Kabupaten Yahukimo

Kabupaten Nduga

  • By
  • Oktober 21, 2024
  • 45 views
Kabupaten Nduga

Kabupaten Yalimo

  • By
  • Oktober 21, 2024
  • 49 views
Kabupaten Yalimo

Kabupaten Tolikara

  • By
  • Oktober 21, 2024
  • 51 views
Kabupaten Tolikara

Kabupaten Pegunungan Bintang

  • By
  • Oktober 21, 2024
  • 44 views
Kabupaten Pegunungan Bintang