
Jayapura (29/11/2024) – Anggota Majelis Pemusyawaratan Rakyat atau MPR Republik Indonesia, Lis Tabuni, mengajak anak muda Papua untuk memahami dan mengamalkan Empat Pilar Kebangsaan sebagai fondasi menjaga kokohnya Indonesia.
Senator perempuan asal Papua Tengah ini menjelaskan, Empat Pilar kebangsaan itu adalah Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika. Semua ini menurutnya bukan hanya kata-kata, tapi pedoman hidup untuk menjaga persatuan di tengah keberagaman.
Hal itu disampaikan Lis Tabuni ketika melakukan sosialisasi empat pilar kebangsaan kepada 150 mahasiswa asal Papua di Nabire, Provinsi Papua Tengah, Senin 25 November 2024.
“Sosialisasi empat pilar kebangsaan ini penting untuk anak-anak muda Papua dengan beberapa alasan, yakni untuk pengenalan identitas nasional sampai dengan pengembangan berbagai nilai-nilai positif lainnya,” kata Lis Tabuni, yang juga Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Dapil Provinsi Papua Tengah, di sela-sela diskusi dan penyerapan aspirasi pada Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Nabire, Papua Tengah, Senin (25/11/2024).
Lis mengatakan poin pertama dari sosialisasi tersebut adalah pengenalan identitas nasional. Melalui pengenalan identitas nasional, anak muda Papua diharapkan memahami identitas nasional dan peran mereka dalam menjalankan keutuhan bangsa.
Kemudian, poin kedua dari sosialisasi ini, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran anak muda Papua tentang pentingnya demokrasi dan proses politik di dalam negara.
“Poin lain adalah untuk pengembangan nilai-nilai positif dari Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika dimana anak muda diharapkan bisa kembangkan nilai-nilai positif seperti toleransi, keadilan dan kebersamaan. Dan juga untuk kembangkan kesadaran akan keberagaman budaya suku bangsa dan agama sehingga bisa hidup bertoleransi dan harmonis,” kata Lis.
Sebagai Senator muda, dirinya percaya bahwa generasi muda memiliki peran besar untuk meneruskan nilai-nilai ini. Ia mengajak seluruh anak muda untuk jadikan Papua sebagai contoh harmoni dan toleransi untuk Indonesia.
Serap Aspirasi

Lis Tabuni, yang baru satu bulan menjabat sebagai Senator mewakili Papua Tengah, harus mendengar aspirasi dan pertanyaan anak-anak muda dalam diskusi yang berlangsung dua jam tersebut.
“Moment ini rupanya dimanfaatkan dengan cukup baik dari teman-teman muda Papua. Saya kira mereka kritis, ada yang bilang, ‘amanat’ dari empat pilar ini sesungguhnya sudah dijalankan orang Papua dalam kehidupannya setiap hari,” kata Lis. “Tetapi, mereka juga kritis, sering dapat perlakuan yang tidak adil dari kebijakan-kebijakan pemerintah pusat.”
Salah satu peserta sosialisasi dan diskusi, Ela Wenda, mendorong diskusi terkait program transmigrasi yang diwacanakan pemerintah pusat untuk mengirim penduduk dari pulau lain di Indonesia ke tanah Papua. Menurutnya, wacana tersebut menjadi polemik di masyarakat Papua sehingga pemerintah perlu mengkaji kembali rencana tersebut.
“Kalau mau bicara hidup harmoni dan toleran, saya kira kami di Papua ini sudah lama hidup berdampingan baik dengan saudara-saudara dari daerah lain disini. Orang dari berbagai suku bangsa ada di tanah Papua ini. Tapi baru-baru ini pemerintah buat program transmigrasi kesini, untuk apa?,” kata Ela dalam diskusi.
“Kaka [Lis Tabuni] harus sampaikan di pusat, banyak masalah yang masih dialami orang asli Papua disini, tentang lapangan pekerjaan, tentang masalah kematian yang banyak, lalu anak-anak yang tidak sekolah juga tinggi sekali. Itu kondisi saat ini, lalu kalau orang luar banyak datang lagi, bagaimana nasib kami nanti,” kata Ela, mahasiswa salah satu universitas di Kota Jayapura ini.
Sosialisasi dan diskusi yang berlangsung dua jam tersebut diakhiri ramah tamah dan foto bersama. (*)