Noken Papua: Simbol Budaya dan Keberagaman yang Dilestarikan Melalui Penanaman Pohon

Jayapura, 4 Desember 2024 Dalam rangka memperingati Hari Noken Dunia, Komunitas Noken Papua bekerja sama dengan Balai Pelestarian Budaya Wilayah XXII melaksanakan kegiatan penanaman bibit bahan dasar pembuatan noken. Kegiatan ini berlangsung di Hutan Kotopi, Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, pada Selasa (3/12).

Noken, tas tradisional khas Papua yang terbuat dari bahan alam, telah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia sejak 4 Desember 2012. Penanaman ini menjadi langkah nyata dalam menjaga keberlanjutan bahan baku pembuatan noken sekaligus melestarikan ekosistem hutan Papua yang terus terancam oleh alih fungsi lahan.

Marshall Suebu, pemerhati noken Papua, menekankan pentingnya edukasi generasi muda untuk memahami makna budaya noken. Menurutnya, noken bukan hanya sebuah tas fisik, tetapi juga simbol budaya hulu-hilir yang berkaitan erat dengan alam Papua.

“Budaya noken mengajarkan kita tentang keberagaman dan kelestarian. Hari ini, kami menanam bibit bahan baku seperti pohon Kombouw, Melinjo, dan Sukun sebagai langkah menjaga kelangsungan tradisi ini. Dengan banyaknya alih fungsi hutan, langkah kecil ini adalah bentuk edukasi dan upaya pelestarian,” ujar Marshall.

Penanaman bibit bahan dasar noken ini juga menjadi salah satu rekomendasi UNESCO untuk memastikan kelangsungan budaya noken. Hutan Kotopi saat ini memiliki koleksi 20 jenis tanaman bahan baku noken, dan diharapkan jumlah ini dapat bertambah di masa mendatang. Marshall berharap model konservasi ini dapat direplikasi di enam provinsi di Tanah Papua.

“Kami ingin hutan Kotopi menjadi pusat edukasi budaya noken. Ke depan, kami mendorong pemerintah daerah dan pusat untuk mengembangkan model serupa, sehingga warisan budaya ini dapat terus dijaga,” tambahnya.

Noken bukan hanya tas, tetapi juga simbol keberagaman budaya Papua. Dengan lebih dari 200 jenis noken dari berbagai suku di Papua, masing-masing memiliki keunikan nama dan teknik rajutannya. Keberagaman inilah yang menjadi representasi semangat Bhinneka Tunggal Ika.

“Indonesia itu besar karena keberagamannya, dan noken mengajarkan kita untuk menghargai perbedaan itu. Dalam budaya noken, kita melihat bagaimana keragaman menyatukan masyarakat Papua dan Indonesia,” pungkas Marshall.

Hari Noken Dunia menjadi momentum untuk mengingat pentingnya melestarikan tradisi dan menjaga alam. Dengan kegiatan ini, masyarakat Papua tidak hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga mengajarkan nilai keberagaman dan kelestarian kepada generasi mendatang.

“Melalui noken, kita belajar menghargai alam, budaya, dan keberagaman yang menjadi kekayaan bangsa,” tutup Marshall. (CR-04)

Admin

Related Posts

Menjaga Warisan di Ujung Ukiran: Kisah Agus Ohee dari Yoka

Di sebuah galeri kecil yang bernama Yomauw Art di Kampung Yoka, Jayapura, terdengar suara alat ukir yang menari di atas kayu. Di sanalah, seorang lelaki setengah baya—berambut putih dan mata…

Anak Muda Peduli Iklim di Jayapura Membuat Kloset Sederhana

Jayapura (23/01/2025) – Yayasan Sehati Sebangsa Indonesia (YSSI) dan WWF Program Papua menggandeng anak-anak muda membuat kloset sederhana yang bisa dibuat sendiri dengan menggunakan bahan-bahan dan peralatan kerja yang bisa…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Tanah Papua

Kabupaten Yahukimo

  • By
  • Oktober 22, 2024
  • 56 views
Kabupaten Yahukimo

Kabupaten Nduga

  • By
  • Oktober 21, 2024
  • 42 views
Kabupaten Nduga

Kabupaten Yalimo

  • By
  • Oktober 21, 2024
  • 49 views
Kabupaten Yalimo

Kabupaten Tolikara

  • By
  • Oktober 21, 2024
  • 48 views
Kabupaten Tolikara

Kabupaten Pegunungan Bintang

  • By
  • Oktober 21, 2024
  • 42 views
Kabupaten Pegunungan Bintang

Kabupaten Lanny Jaya

  • By
  • Oktober 21, 2024
  • 45 views
Kabupaten Lanny Jaya