
Jayapura (2/11/2024) – Puluhan mahasiswa asal Kabupaten Waropen, yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Waropen (IMaWar) di Kota Studi Jayapura, kini terancam terusir dari pemondokan mereka. Pemda Waropen, yang bertanggung jawab atas biaya sewa, tampak alpa hingga memaksa mahasiswa menghadapi ancaman dari pemilik pemondokan. Kondisi ini memicu desakan agar ada sosok yang berani mengulurkan tangan seperti Anggota DPR Papua, Yonas Nussy, yang selama ini menjadi “bapa angkat” bagi para mahasiswa Waropen Tengah di Jayapura.
Awal Kisah: Terusirnya Mahasiswa Waropen dari Asrama Lama
Pada 2019, Pemda Waropen menggusur dan membangun kembali Asrama Putra Waropen di Padang Bulan, Jayapura. Hal ini mendorong IMaWar Jayapura, khususnya mahasiswa dari dua wilayah, Waropen Tengah dan Waropen Bawah, untuk mencari alternatif tempat tinggal. Pemda Waropen menyewa sebuah pemondokan yang mampu menampung 80 hingga 100 mahasiswa. Namun, kapasitas tersebut tidak mencukupi kebutuhan semua mahasiswa, khususnya mereka dari Waropen Tengah, sehingga kelompok ini memutuskan menyewa pemondokan terpisah, berharap akan mendapat tempat tinggal yang layak.
Bantuan “Bapa Angkat” untuk Mahasiswa Waropen Tengah
Di tengah ketidakpastian dari Pemda, muncul bantuan dari sosok Yonas Nussy, anggota DPR Papua yang merasa terpanggil untuk menopang mahasiswa Waropen Tengah. Sejak 2019, Nussy menanggung biaya sewa pemondokan untuk mereka. Menggunakan dana pribadi, Nussy secara konsisten memastikan mahasiswa dari Waropen Tengah tidak terlantar. “Saya sudah membayar pemondokan ini selama lima tahun dengan gaji pribadi, karena merasa bertanggung jawab sebagai perwakilan masyarakat Waropen,” ujar Nussy dengan tegas. Tanggung jawabnya berakhir pada Oktober 2024, ketika masa jabatannya usai, tetapi harapan agar Pemda mengambil alih beban ini tetap dia sampaikan.
Ketidakjelasan Pemda Waropen: Ancaman dari Pemilik Pemondokan
Meskipun Pemda Waropen sempat mengambil alih pembayaran untuk mahasiswa Waropen Tengah pada tahun 2023, bantuan itu tak bertahan lama. Kini, para mahasiswa harus menghadapi tagihan yang tak terbayarkan dan ancaman dari pemilik pemondokan. “Kami sudah berulang kali menyampaikan kondisi ini ke Pemda, tetapi tak ada tanggapan. Seolah-olah Pemda ingin kami berjuang sendiri, atau memang tak ada dana untuk menunjang kami?” keluh Godlif Woisiri, Staf Ahli IMaWar Jayapura. Situasi ini kian menekan para mahasiswa yang terancam terusir dan harus mencari alternatif yang tentu memberatkan kondisi finansial mereka.
Warisan “Bapa Angkat” bagi Mahasiswa Waropen
Tak hanya membayar sewa, Nussy juga berusaha membangun semangat kebersamaan dan produktivitas di kalangan mahasiswa. Pemondokan itu bukan sekadar tempat tinggal, tetapi ruang belajar bersama, tempat mereka berkembang dan saling mendukung. “Saat berkumpul bersama, mereka saling mendukung dan belajar produktif. Kami mendorong mereka mengembangkan keahlian agar ketika kembali ke Waropen, mereka membawa bekal lebih,” ujarnya.
Namun, bayangan pemindahan ke tempat kos tanpa dukungan Pemda hanya akan menciptakan jarak dan memisahkan mahasiswa yang selama ini telah terikat oleh semangat kekeluargaan. Nussy berharap Penjabat Bupati Waropen yang baru dapat mengambil tindakan nyata, dengan memastikan keberlanjutan bantuan agar mahasiswa tidak tercerai-berai.
Harapan Masa Depan: Tanggung Jawab Bersama untuk Generasi Waropen
Perjuangan Nussy menunjukkan bahwa mahasiswa Waropen bukan hanya membutuhkan tempat tinggal, tetapi juga rasa kepedulian dan dukungan nyata dari pemerintah daerah. Dengan asrama yang telah rampung namun belum dapat ditempati, ditambah ancaman tanah longsor di lokasi barunya, mahasiswa membutuhkan lebih dari sekadar janji Pemda. Mereka membutuhkan tindakan konkret.
Dengan nada harapan, Nussy menyampaikan, “Pemondokan adalah tempat mereka tumbuh bersama. Saya berharap generasi muda Waropen yang tengah berjuang di berbagai kota studi bisa mendapatkan perhatian yang layak dari Pemda.” Ia juga berharap adanya kepedulian dari pejabat Waropen, agar kelak generasi ini kembali dengan bukan hanya ilmu, tetapi juga semangat pengabdian yang tumbuh dari pengalaman kebersamaan di tanah rantau.
Seperti Yonas Nussy yang telah menjadi “bapa angkat” bagi mahasiswa Waropen, harapannya, kepedulian yang sama akan muncul di antara pejabat Waropen lainnya, sehingga generasi muda yang kini berjuang meraih pendidikan tak merasa berjalan sendiri dalam mengejar cita-cita mereka.(CR-03)